Lingkungan Hidup Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan berhubungan timbal balik. Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang antara makhluk hidup dan komponen abiotik lainnya. Interaksi antar lingkungan alamiah dan sekitarnya membentuk sistem ekologi (ekosistem).[1] Lingkungan memegang peranan sebagai habitat bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi.[2]
Komponen-komponen lingkungan hidup terdiri dari dua jenis, yaitu:[1]
- Komponen biotik, makhluk hidup yang meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia.
- Komponen abiotik adalah benda-benda tak hidup, antara lain air, tanah, batu, udara, dan cahaya matahari.
Semua komponen yang berada di dalam lingkungan hidup merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk sistem kehidupan yang disebut ekosistem.[1] Ekosistem yang merupakan bagian utama dari lingkungan hidup, adalah lingkungan yang sangat dinamis, karena banyaknya komponen yang terlibat di dalamnya. Jika salah satu komponen tersebut berubah maka sistem adaptasi dari organisme yang ada untuk menjaga keseimbangan akan mengalami perubahan. Karena ekosistem merupakan pusat segala aktivitas yang menyediakan sumber makanan dan kebutuhan lain bagi makhluk hidup maka keseimbangan komponen di dalamnya harus dijaga dengan baik.[3]
Keseimbangan lingkungan secara alami dapat berlangsung karena beberapa hal, yaitu komponen-komponen yang terlibat dalam aksi-reaksi dan berperan sesuai kondisi keseimbangan, pemindahan energi (arus energi), dan siklus biogeokimia dapat berlangsung. Keseimbangan lingkungan dapat terganggu jika terjadi perubahan berupa pengurangan fungsi dari komponen atau hilangnya sebagian komponen yang dapat menyebabkan putusnya mata rantai dalam suatu ekosistem. Kondisi keseimbangan tersebut kemungkinan dapat berubah dengan adanya campur tangan manusia dengan segala aktivitas pemenuhan kebutuhan yang terkadang melampaui batas.
Definisi
Definisi Lingkungan Hidup Indonesia
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya.
Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Merujuk pada definisi di atas, maka lingkungan hidup Indonesia tidak lain merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya.
Lingkungan Hidup Alami
Lingkungan hidup alami merupakan lingkungan bentukan alam yang terdiri atas berbagai sumber alam dan ekosistem dengan komponen-komponennya, baik fisik, biologis, maupun berbagai proses alamiah yang menentukan kemampuan dan fungsi ekosistem dalam mendukung kehidupan. Lingkungan hidup alami bersifat dinamis karena memiliki tingkat heterogenitas organisme yang sangat tinggi. Segala proses yang terjadi di dalam lingkungan alami terjadi dengan sendirinya dan dalam keadaan tetap seimbang. Contoh lingkungan hidup alami adalah hutan primer yang segala kehidupan dan isi di dalamnya belum terkena campur tangan manusia.[1]
Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang terdiri dari gaya kosmik dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut, radiasi, gaya tarik, ombak, dan sebagainya. Lingkungan biologis, yaitu segala sesuatu yang besifat biotis berupa mikroorganisme, parasit, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Termasuk juga di sini, lingkungan prenatal dan proses-proses biologi seperti reproduksi, pertumbuhan dan sebagainya.
Komponen
Lingkungan hidup terdiri dari komponen penyusun antara lain unsur fisik (abiotik), unsur hayati (biotik), dan unsur manusia (budaya).
Faktor-faktor yang memengaruhi Lingkungan Hidup
Faktor-faktor yang memengaruhi lingkungan hidup yang berkaitan dengan tingkat kemampuan daya dukung lingkungan, yaitu terdiri atas faktor-faktor sebagai berikut.[2]
Faktor Geografi
- Iklim, merupakan factor yang memengaruhi aktivitas manusia dalam lingkungannya. Iklim yang ekstrim dapat menjadi pembatas bagi aktivitas manusia.
- Perubahan cuaca, merupakan faktor pembatas bagi manusia ketika suhu ekstrim sedangkan suhu yang beragam dapat menjadi faktor yang membuat manusia lebih kreatif dan inovatif dalam mengatasi perubahan-perubahan tersebut.
- Kesuburan tanah, merupakan faktor yang berpengaruh bagi daerah agraris, karena dengan tanah yang subur sebagai daya dukung lingkungan tersebut nilainya jauh lebih tinggi daripada daerah yang kurang subur.
- Erosi, merupakan faktor yang dapat mengurangi daya dukung lingkungan.
Faktor Sosial Budaya
- Tingkat ilmu yang dimiliki oleh masyarakat dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup bagi manusia.
- Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dapat meningkatkan nilai daya dukung lingkungan.
- Tingkat teknologi yang dimiliki oleh masyarakat dapat meningkatkan dan menurunkan nilai daya dukung lingkungan.
- Perilaku manusia dapat meningkatkan nilai daya dukung dari lingkungan.
Pelestarian Lingkungan Hidup
Setiap kegiatan pembangunan akan mengakibatkan dampak atau gangguan tehadap komponen ekosistem (lingkungan) itu sebagai lokasi pembangunan. Dampak pembangunan tersebut tidak mungkin ditiadakan atau dihilangkan secara total. Akan tetapi, upaya yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif sehingga kerusakan dan pencemaran yang timbul dapat ditoleransi oleh lingkungan. Untuk mewujudkannya, yaitu dengan pengelolaan lingkungan yang berasaskan pelestarian lingkungan, karenanya perlu pemahaman tentang konsep ekosistem, asas ekologi atau lingkungan, konservasi, dan pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup.[6]
Perlu diperhatikan bahwa pelestarian lingkungan mengandung dua pengertian, yaitu:[6]
- Pelestarian fungsi lingkungan hidup itu sendiri.
Suatu lingkungan dapat berubah karena adanya pembangunan, tetapi fungsi lingkungan itu tetap dipertahankan. Misalnya, pada suatu areal yang ditumbuhi pepohonan akan dibangun kawasan industri, sehingga pepohonan tersebut harus ditebang. Dalam hal ini perencanaan harus menyediakan pengganti fungsi pepohonan tersebut, yaitu dengan diganti oleh areal terbuka dan pohon tanaman penghijauan setelah proyek berjalan.
- Pelestarian lingkungan itu sendiri.
Keberadaan Hutan Lindung, Taman Nasional dan Cagar Alam yang harus tetap dipertahankan merupakan contoh konkretnya. Artinya, kegiatan pembangunan tidak boleh dilakukan di lingkungan itu karena fungsinya tidak mungkin dilestarikan dengan adanya kegiatan pembangunan.
Permasalahan Lingkungan Hidup
Masalah lingkungan terjadi sebagai akibat timbulnya salah satu dari kondisi-kondisi seperti melampaui kemampuan suatu komponen, adanya ketidakseimbangan di antara komponen, terganggunya fungsi komponen atau sama sekali tidak mampu berfungsi seperti biasanya.[4] Masalah lingkungan hidup pada umumnya disebabkan oleh peristiwa alam, pertumbuhan penduduk yang pesat, pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan, industrialisasi, dan transportasi
Pencemaran
Masalah pencemaran timbul bilamana suatu zat atau energi dengan tingkat konsentrasi sedemikian rupa hingga dapat mengubah kondisi lingkungan, baik langsung atau tidak langsung, dan pada akhirnya lingkungan tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Timbulnya pencemaran berkaitan erat dengan berbagai aktivitas manusia, antara lain:
- Kegiatan industri, dalam bentuk limbah, zat-zat buangan berbahaya seperti logam-logam berat, zat radioaktif, air buangan panas, kepulan asap, kebisingan, dan lain-lain.
- Kegiatan pertambangan, berupa terjadinya kerusakan instalasi, kebocoran, pencemaran buangan penambangan, pencemaran udara dan rusaknya lahan-lahan bekas pertambangan.
- Kegiatan transportasi, berupa kepulan asap, kebisingan kendaraan bermotor, tumpahan bahan bakar, dan lain-lain.
- Kegiatan pertanian, terutama akibat residu pemakaian zat-zat kimia seperti pestisida, insektisida, herbisida atau fungisida, untuk hama. Demikian pula pemakaian pupuk anorganik
Timbul Berbagai Penyakit
Perkembangan industri dan teknologi tidak selamanya menjadi alat pemuas bagi kehidupan manusia, karena di balik itu semua terdapat banyak risiko dan masalah yang bermunculan. Belakangan ini telah banyak muncul penyakit yang diakibatkan oleh limbah industri, seperti Penyakit Minamata dan Itai-itai di Jepang. Penyakit dan wabah-wabah juga semakin banyak bermunculan akibat pengelolaan lingkungan yang tidak benar oleh manusia. Hutan sebagai habitat dan menyimpan berbagai spesies satwa dan tumbuhan, yang tadinya tertutup, kini terbuka dan habis ditebangi untuk berbagai konsumsi modern, terutama bagi masyarakat perkotaan. Karena hutan sebagai habitat satwa-satwa sudah rusak, maka spesies-spesies satwa bermigrasi ke segala tempat, termasuk ke sekitar permukiman manusia. Berbagai satwa liar banyak pula mengandung berbagai virus mematikan bagi manusia dan ragam hewan piaraan, berinteraksi dengan lingkungan permukiman manusia, dan akhirnya virus ini berpindah ke tubuh manusia. Faktor perdagangan satwa langka juga berkontribusi untuk membawa virus dari hutan dan binatang-binatang ke lingkungan manusia melalui alat transportasi, bahkan ke hotel-hotel. Beberapa wabah yang timbul oleh karena faktor tersebut antara lain wabah virus Marburg, Ebola, HIV (penyakit AIDS), penyakit SARS, dan Chikungunya. Penyakit lainnya timbul akibat proses teknologi, misalnya penyakit yang disebabkan dari radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik memiliki potensi gangguan kesehatan antara lain berupa leukemia, leinfoma, infertilitas pada pria, cacat kongenital, proses generatif, perubahan ritme jantung, perubahan metabolisme melatonin, neurosis, dan lain-lain.
Kepadatan Penduduk
Pertambahan penduduk yang semakin lama makin meningkat akan berbenturan dengan sistem lingkungan, yaitu bahwa setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan, baik yang pokok dan pelengkap. Sedangkan semua faktor tersebut baru dapat terpenuhi apabila siklus dan cadangan-cadangan sumber daya alam masih mampu dan mencukupi. Akan dapat terjadi masa krisis, jika angka pertumbuhan penduduk kian melewati batas siklus atau jumlah cadangan sumber-sumber kebutuhan, dan hal tersebut tidak ditata secara terencana. Masalah ledakan penduduk tidak hanya terkait dengan masalah kebutuhan dasar, namun juga menyangkut berbagai aspek hidup atau kualitas hidup secara kompeks seperti pemukiman, kesehatan, tingkat pendidikan, kebebasan perorangan, kententeraman, ketertiban, keamanan dan hal lainnya yang diperlukan dalam kondisi hidup wajar.
Penurunan Populasi Fauna dan Flora
Populasi fauna dan flora yang menurun sangat berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pembangunan dan sikap keserakahan manusia yang dapat mengganggu perkembangbiakan dan rusaknya habitat. Pembabatan, pembakaran, dan kebakaran hutan telah memusnakan spesies-spesies binatang dan tumbuh-tumbuhan serta merusak unsur hara dalam tanah. Aktivitas penyemprotan hama dengan obat pembasmi pestisida dan semacamnya juga memberikan efek samping yang buruk. Pemakaian DDT dan zat semacamnya yang persisten dan sukar terurai akan merembes ke dalam rantai makanan, yang selanjutnya memengaruhi makhluk-makhluk lain. Tindakan pembasmian dapat pula membunuh makhluk-makhluk yang bukan sasaran, yang banyak berperan sebagai predator yang bermanfaat mengontrol populasi binatang secara efektif dan banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia. Perdagangan satwa langka atau liar juga sulit diberantas. Satwa ini digunakan untuk keperluan obat-obatan dan kosmetika, serta hobi. Masalah ini harus diberantas dan ratifikasi sistem pengaturan dan larangan yang telah ditentukan CITES harus diterapkan secara ketat
Masalah lingkungan hidup di Indonesia
Bahaya alam: banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi, gunung berapi, kebakaran hutan, gunung lumpur, tanah longsor, limbah industri, limbah pariwisata, dan limbah rumah sakit.
Masalah Lingkungan hidup di Indonesia saat ini: penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerah perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia); asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di Sidoarjo, Jawa Timur; hujan asam yang merupakan akibat dari polusi udara.
Limbah Rumah Sakit
Merupakan hasil dari pemakaian peralatan kesehatan padat dan cair, bahan kimia dan bagian dari tubuh manusia yang tidak dapat digunakan lagi. Unit penghasil limbah di rumah sakit adalah semua unit yang menghasilkan limbah seperti loundri, dapur, unit kamar operasi, laboratorium, unit radiologi, apotek/farmasi, perkantoran, kantin dan lain sebagainya. pengolahan limbah padat dan cair dapat dilakukan dengan cara kimiawi dan cara tradisional, tetapi dalam standardisasinya incenarator.
0 comments:
Post a Comment